Tentangku, TentangNya, dan Tentang Kematian
Posted: March 21, 2008 Filed under: Uncategorized | Tags: Good Friday, hidup kekal, Jumat Agung, Kristus, Lord, mati, sins, Yesus 3 CommentsSuatu pagi aku terbangun dari tidur panjang, tanpa mimpi yang membuat terjaga dari kelelahan tanpa akhir. Sekelilingku hanya aku. Tiada ada ramai. Seolah-olah aku berdiri di tengah-tengah pepohonan menjulang tinggi dari akar-akarnya yang bercengkerama kuat dengan tanah. Di satu detik, di satu dentang jantung, aku berbicara tentang kematian, tentang dunia setelah mataku tertutup.
Salju tidak turun ketika itu. Dan bebatuan es pun tak tampak. Angin pagi sepoi-sepoi nyaris menghilang. Yang ada hanya sejuk yang menggelitik. Tak ada dingin. Tak ada dingin. Tak ada dingin. Dari dalam, ia keluar. Pun tubuhku merasakan kengerian dan sebuah tanda tanya besar akan misteri kematian yang penuh pedagogi teoritis. Yang aku tanyakan hanya hal-hal sepele: ke mana jiwaku tersungkur, bagaimana rasanya di sana. Hal sepele. Dan hal sepele ini, yang membuat seseorang sepertiku tersingkir dari dunia, menuju tempat pengasingan yang tentu tak seorang pun bisa menjawabnya.
Suatu pagi Aku terutus ke dunia. Tanpa mahkota di kepalaKu, tanpa singgasana di bawah tempat tidurKu.
Suatu siang Aku berdarah-darah. Mahkota di atas kepalaKu, dengan orang-orang mengarakKu. Bukan tongkat di telapak tanganKu, tapi ujung paku yang membuatKu bersandar pada sebuah kayu. Aku penjahat. Aku pendosa. Aku Raja!
Suatu sore Aku pergi dari dunia. Dengan penyerahan bagai domba yang dibawa untuk dikuliti, Aku pergi. Dari dunia.
Aku terbangun dari tidur panjang. Dia pun takut mati. Tapi cawanNya harus terteguk. Dan sadar menyelimuti, ketika aku mati, aku akan tertawa nyaring bahagia. Di lututNya aku akan tersungkur dan hidup abadi dalam damai, selamanya.
Johanes Berchman Sigit Noviandi, March 21st, 2008
Good Friday, when He died for washing my sins away…Love You, Lord…
Angka-angka Tentang Dosa
Posted: March 17, 2008 Filed under: Uncategorized 4 Comments100 kali tanganNya berbuat
1000 kali aku berdosa
Sebanyak bintang di langit aku menangis karenanya
Seluas alam semesta pengampunanNya…
Johanes Berchman Sigit Noviandi, Maret 2008
Aku Mengucap Syukur
Posted: March 17, 2008 Filed under: Uncategorized 1 CommentAku mengucap syukur ya Raja Semesta Alam
Atas rerumputan yang gemilau karena embun
Atas suara pipit yang bernyanyi: pujilah Tuhan Sang Pencipta!
Atas sejuknya wearnaan langit yang memberi hidup pada mendung dan gerimis
Atas indahnya udara pagi, atas ramainya keheningan yang mengisi relung-relung realita
Aku mengucap syukur wahai Kepenuhan Segala Peristiwa dalam hidupku
Atas hati yang menyembah, masuk perjamuanMu…
Johanes Berchman Sigit Noviandi
16 Maret 2008, Halaman Wacana Bakti
Puisi Kumbang
Posted: March 15, 2008 Filed under: Uncategorized | Tags: bee, God, kumbang, poem, puisi, Tuhan 1 Commentseekor kumbang hinggap pada randu kering
meninggalkan asap kehitaman seperti mendung dan cuaca gersang
di sebuah taman: mawar berdiri menyanyikan lagu cinta
si lebah hanya lewat
ah, Engkau dulu yang pertama bukan?
Johanes Berchman Sigit Noviandi, Februari 2008
Balada Rama dan Sinta
Posted: March 8, 2008 Filed under: Uncategorized | Tags: budaya, hanoman, ilham, jiwa, kera, kethek, monyet, poems, poet, puisi, putih, rama, shinta, sinta, unesco 5 CommentsAku mendapat ilham tentang jiwa – jiwa yang hidup
Lewat kata – kata singkat
dan cerita tak singkat
Inilah lakon Sang Ksatria…dan..
O,Sinta!
Satu waktu langit masih cerah
Siang tak lagi gerah
pun desah…
Hanya damai menyapa hati dewi
“Selamat datang Rama! Selamat tiba!”
Dan kemilau langit tersenyum : Ngathuraken sugeng pambagya!
Ya, layaknya siniram tirta amrta
Langit masih cerah
Siang tiada gerah
“Pangertos tresna ingkang agung!”
Satu…dua…
Tiga detik….
Badai tiba!
Mahabhaya! mahabhaya!
Dewi pergi! Sang dewi pergi!
Bethara jahat terbang
dengan hangin
bersama Sang Dewi, Sinta sing ayu
bersama saraga!
Sampaikan salam pada Rahwana!
Sampaikan salam pada Dasamuka!
Langit tiada ada cerah
Siang kian gerah
Cuma sutra hitam menyapa malam
Lewat getir – getir hujan
Deras! Guruh! Sedih! Tangis!
Langit nangis: Boten wonten tresna ingkang agung!
Penuh guna kawan
Hanoman pergi
Tanpa kawaca, tak pakai kawaca
Melesat…. ke decantara ia dengan para kethek
bong….obong….obong…..obong….
Hanoman si Kethek Putih
Sowan taman Sinta dijak mulih
Konangan Indrajit lan patih
ning Hanoman ora wedhi getih
eeeeee……la kae Ngalengkadirojo
diobong…diobong….
Dasamuka nangis gereng – gereng
Sejak kapan perang tak kenal mayat?!
Tiada kan pernah ada, sayang
Mari menangis
Banyak kethek putih ejawantah antaka
Hei! Nyaris kalah si Rama itu
Dilah muncul, tak peduli langit gelap
Pakai dhanuh ini, wahai ksatria
Dan hru terbuang…terpecah!
dan hru terbang, melayang terpa si Dasamuka
ha…ha…ha…ksatria kita menang!
Tapi langit belum cerah
Ada ragu setitik akan warna putih
Hei, ada gadis cantik membakar kaki!
Tidak! Tidak terbakar!
Amboi!
Tapi kini langit cerah
Ternyata….
Ternyata?
Merah tak cukup pekat buat bakar putih pekat
Langit cerah, siang tiada gerah
Semua bernyanyi
Inilah abadi bahagia Rama dan Sinta!
Johanes Berchman Sigit Noviandi,16 Februari 2005
Diikutsertakan dalam lomba Penulisan Puisi Budaya UNESCO
Kosong di Satu Titik
Posted: March 8, 2008 Filed under: Uncategorized | Tags: badai, cerah, jatuh, kosong, nol, penyesalan, poems, serigala, titik, Tuhan 1 CommentSeorang bayi
Dan seekor serigala bulu domba
Awalnya langit cerah
Dan badai merekah
Aku terjebak titik-titik nol
Jatuh lagi
Jatuh lagi!
3 tahun ku singkat
Johanes Berchman Sigit Noviandi, 8 Maret 2008