Jelang Pengulangan
Posted: November 24, 2008 Filed under: Uncategorized | Tags: detik, poems, puisi, tahun, ulang, waktu 2 Commentssatu. dua.
sekejap saja pengulanganku tiba
dua. satu.
satu dua menjelang
menyeretku masuk ke dua satu
Putaran Keduaempat
Posted: October 19, 2008 Filed under: Me and Life | Tags: cinta, jam, love, malam, nol, poem, poet, puisi 1 CommentSuara naviri masih terdengar dari aula langit
Ketika mereka duduk di depan sebuah teras dan bercakap bernyanyi
“Kenapa?”
“Ya karena..”
Tiga tiga puluh saat sabda datang dan mengundang diri asik bermain dalam tanya mengapa titik ini berputar balik saat hati masih bisa merasa?
Jawaban yang sama dari mengapa setelah dua tiga lima sembilan adalah empat buah nol dengan satu titik dan bukan dua empat nol nol
Begitu pentingnya nol bagi-Mu, bukan?
dari inspirasi yang datang bersama aubade pukul 9.45 yang disampaikan melalui A+, tentang pertanyaan aneh, tapi filosofis tak terhingga.
dari inspirasi yang datang dari dia yang sempat menarik hati, dan kemarin menyita detik-detik ku, yang datang dari Dia, tentang perasaan yang aneh, tapi dalam tak terselami…
Apa Hebatnya Seorang Romo
Posted: September 14, 2008 Filed under: Me and Life | Tags: hebat, perpisahan, poem, puisi, romo 5 CommentsApa hebatnya seorang manusia yang disebut Romo itu?
Bukankah ia terlahir dari butir-butir nasi putih di atas peluh bertabur bintang?
Bukankah sosok biasa itu juga bekerja di atas dua kaki dan berjalan di atas dua tangan, tidak punya sayap dan tidak bisa terbang?
Apa hebatnya seorang Romo?
Ia tidak lebih terang dari bulan yang menjadikan malam dari siang dan tidak lebih panas dari mentari yang menjadikan siang dari malam
Namun kalau kau pandang malam di luar sana
Pernahkah bergema suara berkutat
“Maukah kau jadi aku?”
Yang terus dan terus dan terus saja diteriaki, “Jangan aku, jangan aku”?
Wahai manusia-manusia rendahan
Pernahkah tapak kakimu menginjak bara-bara api di luar sana hanya sekedar untuk meneteskan air mata bagi orang lain?
Bukankah dari titik ini kita kabur dan berlari?
Bersembunyi dari cahaya yang masih terus bertanya, “Maukah kau jadi aku?”
Apa hebatnya seorang Romo?
Tapi bukankah dari sebuah rahim yang kosong kita lahir?
Bukankah dari keheningan yang dalam puisi terindah lahir?
Dan dari kekosongan itulah
Lahir sebuah kesempurnaannya…
Johanes Berchman Sigit Noviandi (Komsel PU)
Rumah Putih, Cikarang
7 September 2008, 21.05
Untuk Rm. Antonius Antara Pr.
Puisi Kumbang
Posted: March 15, 2008 Filed under: Uncategorized | Tags: bee, God, kumbang, poem, puisi, Tuhan 1 Commentseekor kumbang hinggap pada randu kering
meninggalkan asap kehitaman seperti mendung dan cuaca gersang
di sebuah taman: mawar berdiri menyanyikan lagu cinta
si lebah hanya lewat
ah, Engkau dulu yang pertama bukan?
Johanes Berchman Sigit Noviandi, Februari 2008
Balada Rama dan Sinta
Posted: March 8, 2008 Filed under: Uncategorized | Tags: budaya, hanoman, ilham, jiwa, kera, kethek, monyet, poems, poet, puisi, putih, rama, shinta, sinta, unesco 5 CommentsAku mendapat ilham tentang jiwa – jiwa yang hidup
Lewat kata – kata singkat
dan cerita tak singkat
Inilah lakon Sang Ksatria…dan..
O,Sinta!
Satu waktu langit masih cerah
Siang tak lagi gerah
pun desah…
Hanya damai menyapa hati dewi
“Selamat datang Rama! Selamat tiba!”
Dan kemilau langit tersenyum : Ngathuraken sugeng pambagya!
Ya, layaknya siniram tirta amrta
Langit masih cerah
Siang tiada gerah
“Pangertos tresna ingkang agung!”
Satu…dua…
Tiga detik….
Badai tiba!
Mahabhaya! mahabhaya!
Dewi pergi! Sang dewi pergi!
Bethara jahat terbang
dengan hangin
bersama Sang Dewi, Sinta sing ayu
bersama saraga!
Sampaikan salam pada Rahwana!
Sampaikan salam pada Dasamuka!
Langit tiada ada cerah
Siang kian gerah
Cuma sutra hitam menyapa malam
Lewat getir – getir hujan
Deras! Guruh! Sedih! Tangis!
Langit nangis: Boten wonten tresna ingkang agung!
Penuh guna kawan
Hanoman pergi
Tanpa kawaca, tak pakai kawaca
Melesat…. ke decantara ia dengan para kethek
bong….obong….obong…..obong….
Hanoman si Kethek Putih
Sowan taman Sinta dijak mulih
Konangan Indrajit lan patih
ning Hanoman ora wedhi getih
eeeeee……la kae Ngalengkadirojo
diobong…diobong….
Dasamuka nangis gereng – gereng
Sejak kapan perang tak kenal mayat?!
Tiada kan pernah ada, sayang
Mari menangis
Banyak kethek putih ejawantah antaka
Hei! Nyaris kalah si Rama itu
Dilah muncul, tak peduli langit gelap
Pakai dhanuh ini, wahai ksatria
Dan hru terbuang…terpecah!
dan hru terbang, melayang terpa si Dasamuka
ha…ha…ha…ksatria kita menang!
Tapi langit belum cerah
Ada ragu setitik akan warna putih
Hei, ada gadis cantik membakar kaki!
Tidak! Tidak terbakar!
Amboi!
Tapi kini langit cerah
Ternyata….
Ternyata?
Merah tak cukup pekat buat bakar putih pekat
Langit cerah, siang tiada gerah
Semua bernyanyi
Inilah abadi bahagia Rama dan Sinta!
Johanes Berchman Sigit Noviandi,16 Februari 2005
Diikutsertakan dalam lomba Penulisan Puisi Budaya UNESCO
Kisah Kecil tentang Salib
Posted: February 22, 2008 Filed under: Uncategorized | Tags: poem, poetry, puisi, religious Leave a comment/1/
Seorang anak
Terbangun pagi buta
Langkah gontainya menerawang
Memandang hampa gelap
/2/
Seorang anak
Terbagun kala petang
Hati kecilnya berkata
“Bapa…”
/3/
Seorang anak
Terbangun pagi buta
Berlari ia
Ke sebuah salib!
Johanes Berchman Sigit Noviandi
21 Februari 2008
Air Itu Datang Mengganggu Tidurku
Posted: December 5, 2007 Filed under: Uncategorized | Tags: air, bah, banjir, cerebelum, kediaman, neuron, otak, puisi, rumah 1 CommentSel-sel neuron di cerebelum tetap saja menghantarkan derai-derai statis ketika ketenangan mencekam
Seketika setitik kuk jatuh, menyeret kesadaran perlahan berpindah
menuju kekhilafan tak tentu arah
Kulalui tidur tanpa mata tertutup, karena waktu berjaga sudah tiba
dan panjang malam itu…
Tak henti kuterisak, akhiri semua ini
Kalau Kau mau, wahai Sumber Kehidupan?
untuk kediaman kesayangan ku, yang dilanda bah malam ini…